Malam Ini Terakhir Upload Karya PAI Fair

Jum'at, 14 November 2025 - Lomba

Segera Daftar Olimpiade PAI, Terakhir Hari Ini

Senin, 10 November 2025 - Lomba

Pendaftaran PAI Fair Telah Dibuka

Minggu, 2 November 2025 - Lomba

Sosialisasi EMIS 4.0 - BTQ

MGMP PAI - Senin, 20 November 2023.

Lomba Kaligrafi

MGMP PAI - Sabtu, 16 September 2023.

Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan

25 Oktober 2025

QS. Al-Baqarah Ayat 256

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 

Versi 1: 

Versi 2: 


Latin: Lā ikrāha fid-dīn(i), qat tabayyanar-rusydu minal-gayy(i), famay yakfur biṭ-ṭāgūti wa yu'mim billāhi fa qadistamsaka bil-‘urwatil-wuṡqā, lanfiṣāma lahā, wallāhu samī‘un ‘alīm(un)


Terjemahan: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut⁷⁸⁾ dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 


Mufrodat / Kosa Kata Penggalan Ayat: 

Artinya: "... agama (Islam) ..." 

Artinya: "... jalan yang benar ..." 


Tafsir Ringkas Kemenag: 

Meski memiliki kekuasaan yang sangat luas, Allah SWT tidak memaksa seseorang untuk mengikuti ajaran-Nya. Tidak ada paksaan terhadap seseorang dalam menganut agama Islam. Mengapa harus ada paksaan, padahal sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. 

Oleh karena itu, janganlah kamu menggunakan paksaan apalagi kekerasan dalam berdakwah. Ajaklah manusia ke jalan Allah SWT dengan cara yang terbaik. Barang siapa ingkar kepada Thaghut, yaitu setan dan apa saja yang dipertuhankan selain Allah SWT, dan beriman kepada Allah SWT, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada ajaran agama yang benar sehingga tidak akan terjerumus dalam kesesatan, sama halnya dengan orang yang berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus sehingga dia tidak akan terjatuh. 

Agama yang benar ibarat tali yang kuat dan terjulur menuju Allah SWT, dan di situ terdapat sebab-sebab yang menyelamatkan manusia dari murka-Nya. Allah Maha Mendengar segala yang diucapkan oleh hamba-Nya, Maha Mengetahui segala niat dan perbuatan mereka, sehingga semua itu akan mendapat balasannya di hari kiamat. 


Tafsir Tahlili: 

Tidak dibenarkan adanya paksaan untuk menganut agama Islam. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan agama Allah SWT kepada manusia dengan cara yang baik dan penuh kebijaksanaan, serta dengan nasihat-nasihat yang wajar, sehingga mereka masuk agama Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri (QS. An-Naḥl/16: 125). 

Apabila kita sudah menyampaikan kepada mereka dengan cara yang demikian, tetapi mereka tidak juga mau beriman, itu bukanlah urusan kita, melainkan urusan Allah SWT. Kita tidak boleh memaksa mereka. Dalam ayat yang lain (QS. Yūnus/10: 99), Allah SWT berfirman yang artinya: “Apakah Engkau ingin memaksa mereka hingga mereka itu menjadi orang-orang yang beriman?” 

Dengan datangnya agama Islam, jalan yang benar sudah tampak dengan jelas dan dapat dibedakan dari jalan yang sesat. Maka tidak boleh ada pemaksaan untuk beriman, karena iman adalah keyakinan dalam hati sanubari dan tak seorang pun dapat memaksa hati seseorang untuk meyakini sesuatu, apabila dia sendiri tidak bersedia. 

Ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan kenabian Muhammad SAW sudah cukup jelas. Maka terserah kepada setiap orang, apakah akan beriman atau kafir, setelah ayat-ayat itu sampai kepada mereka. Inilah etika dakwah Islam. Adapun suara-suara yang mengatakan bahwa agama Islam dikembangkan dengan pedang hanyalah tuduhan dan fitnah belaka. Ummat Islam di Makkah sebelum berhijrah ke Madinah hanya melakukan salat dengan cara sembunyi, dan mereka tidak mau melakukannya secara demonstratif di hadapan kaum kafir. 

Ayat ini turun kira-kira pada tahun ketiga sesudah hijrah, yaitu setelah ummat Islam memiliki kekuatan yang nyata dan jumlah mereka telah bertambah banyak, namun mereka tidak diperbolehkan melakukan paksaan terhadap orang-orang yang bukan Muslim, baik secara halus, apa lagi dengan kekerasan.

Adapun peperangan yang telah dilakukan ummat Islam, baik di Jazirah Arab, maupun di negeri-negeri lain, seperti di Mesir, Persia dan sebagainya, hanyalah semata-mata suatu tindakan beladiri terhadap serangan-serangan kaum kafir kepada mereka. 

Selain itu, peperangan dilakukan untuk mengamankan jalannya dakwah Islam, sehingga berbagai tindakan kezaliman dari orang-orang kafir yang memfitnah dan mengganggu umat Islam karena menganut dan melaksanakan agama mereka dapat dicegah, dan agar kaum kafir itu dapat menghargai kemerdekaan pribadi dan hak-hak asasi manusia dalam menganut keyakinan. 

Di berbagai daerah yang telah dikuasai kaum Muslimin, orang yang belum menganut agama Islam diberi hak dan kemerdekaan untuk memilih: apakah mereka akan memeluk agama Islam ataukah akan tetap dalam agama mereka. Jika mereka memilih untuk tetap dalam agama semula, maka mereka diharuskan membayar “jizyah” yaitu semacam pajak sebagai imbalan dari perlindungan yang diberikan Pemerintah Islam kepada mereka. Keselamatan mereka dijamin sepenuhnya, asal mereka tidak melakukan tindakan-tindakan yang memusuhi Islam dan umatnya.[³⁶] 

Ini merupakan bukti yang jelas bahwa umat Islam tidak melakukan paksaan, bahkan tetap menghormati kemerdekaan beragama, walaupun terhadap golongan minoritas yang berada di daerah-daerah kekuasaan mereka. Sebaliknya dapat kita lihat dari bukti-bukti sejarah, baik pada masa dahulu, maupun pada zaman modern sekarang ini, betapa malangnya nasib ummat Islam, apabila mereka menjadi golongan minoritas di suatu negara. 

Ayat ini selanjutnya menerangkan bahwa barang siapa yang tidak lagi percaya kepada Ṭhāghūt, atau tidak lagi menyembah patung, atau benda yang lain, melainkan beriman dan menyembah Allah SWT semata-mata, maka dia telah mendapatkan pegangan yang kokoh, laksana tali yang kuat, yang tidak akan putus. Iman yang sebenarnya adalah iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lidah dan diiringi dengan perbuatan. 

Itulah sebabnya maka pada akhir ayat, Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Artinya Allah SWT senantiasa mendengar apa yang diucapkan, dan Dia selalu mengetahui apa yang diyakini dalam hati, dan apa yang diperbuat oleh anggota badan. Allah SWT akan membalas amal seseorang sesuai dengan iman, perkataan dan perbuatan mereka masing-masing. 


Catatan Kaki: 

⁷⁸⁾ Kata thaghut disebutkan untuk setiap yang melampaui batas dalam keburukan. Oleh karena itu, setan, dajjal, penyihir, penetap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah SWT, dan penguasa yang tirani dinamakan thaghut. 


Sumber: 

01 Juli 2025

QS. At-Takatsur Ayat 1 Tentang Bangga dalam Berlebih-lebihan

Allah Subhaanahu Wa Ta'aala berfirman: 


Latin: Alhākumut-takāṡur(u)


Terjemahan: "Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu⁷⁶⁰⁾." 


Tafsir Ringkas Kemenag: 

Wahai manusia, bermegah-megahan dalam hal harta, keturunan, dan pengikut telah melalaikan kamu dari ketaatan kepada Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhir. 


Tafsir Tahlili: 

Dalam ayat ini, Allah SWT mengungkapkan bahwa manusia sibuk bermegah-megahan dengan harta, teman, dan pengikut yang banyak, sehingga melalaikannya dari kegiatan beramal. Mereka asyik dengan berbicara saja, teperdaya oleh keturunan mereka dan teman sejawat tanpa memikirkan amal perbuatan yang bermanfaat untuk diri dan keluarga mereka. 

Diriwayatkan dari Muṭarrif dari ayahnya, ia berkata: 

Terjemahan: Saya menghadap Nabi SAW ketika beliau sedang membaca al-hākumut-takāṡur, beliau bersabda, “Anak Adam berkata, ‘Inilah harta saya, inilah harta saya.’ Nabi bersabda, 'Wahai anak Adam! Engkau tidak memiliki dari hartamu kecuali apa yang engkau makan dan telah engkau habiskan, atau pakaian yang engkau pakai hingga lapuk, atau yang telah kamu sedekahkan sampai habis.'" (Riwayat Muslim) 

Diriwayatkan pula bahwa Nabi SAW bersabda: 

Terjemahan: Seandainya anak Adam memiliki satu lembah harta, sungguh ia ingin memiliki dua lembah harta, dan seandainya ia memiliki dua lembah harta, sungguh ia ingin memiliki tiga lembah harta dan tidak memenuhi perut manusia (tidak merasa puas) kecuali perutnya diisi dengan tanah dan Allah SWT akan menerima taubat (memberi ampunan) kepada orang yang bertobat. (Riwayat Aḥmad, al-Bukhārī, Muslim, dan at-Tirmiżī dari Anas). 

Ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa maksud ayat ini adalah bangga dalam berlebih-lebihan. Seseorang berusaha memiliki lebih banyak dari yang lain baik harta ataupun kedudukan dengan tujuan semata-mata untuk mencapai ketinggian dan kebanggaan, bukan untuk digunakan pada jalan kebaikan atau untuk membantu menegakkan keadilan dan maksud baik lainnya. 

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah SWT serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS. Al-Ḥadīd/57: 20). 


Catatan kaki: 

⁷⁶⁰⁾ Maksudnya adalah bersaing memperbanyak anak, harta, pengikut, kemuliaan, dan sebagainya telah melalaikan manusia dari ketaatan kepada Allah SWT. 


Daftar Pustaka: 

Qur'an Kementerian Agama, Qur'an Kemenag.

09 Juni 2025

QS. Al-Baqarah Ayat 143 Tentang Bersikap Adil & Berperilaku Secara Moderat

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 


Latin: Wa każālika ja‘alnākum ummataw wasaṭal litakūnū syuhadā'a ‘alan-nāsi wa yakūnar-rasūlu ‘alaikum syahīdā(n), wa mā ja‘alnal-qiblatal-latī kunta ‘alaihā illā lina‘lama may yattabi‘ur-rasūla mimmay yanqalibu ‘alā ‘aqibaih(i), wa in kānat lakabīratan illā ‘alal-lażīna hadallāh(u), wa mā kānallāhu liyuḍī‘a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara'ūfur raḥīm(un)


Terjemahan: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan⁴⁰⁾ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." 


Mufrodat / Kosa Kata Penggalan Ayat: 

Artinya: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan ..." 

Artinya: "... umat pertengahan ..." 

Artinya: "... saksi atas (perbuatan) manusia ..." 

Artinya: "... saksi atas (perbuatan) kamu. ..." 

Artinya: "... benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ..." 


Tafsir Ringkas Kemenag: 

Jika Allah SWT menjadikan Ka'bah sebagai kiblat yang paling utama karena dibangun oleh bapak para Nabi, yaitu Nabi Ibrahim, maka demikian pula Kami telah menjadikan kamu, ummat Islam, ummat pertengahan, yaitu ummat terbaik yang pernah ada di bumi ini. Ummat yang terbaik sangatlah pantas menjadi saksi. 

Tujuannya adalah agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia, yaitu ketika nanti pada hari Kiamat jika ada dari mereka yang mengingkari bahwa Rasul-Rasul mereka telah menyampaikan pesan-pesan Allah SWT atau adanya penyimpangan pada ajaran mereka. 

Di samping itu, juga agar Rasul, Muhammad, menjadi saksi atas perbuatan kamu yaitu dengan memberikan petunjuk dan arahan-arahannya ketika masih hidup serta jalan kehidupannya juga petunjuknya ketika sudah meninggal. 

Allah SWT kemudian menjelaskan tujuan pengalihan kiblat, yaitu menguji keimanan seseorang. Kami tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. 

Bagi mereka yang tetap istiqamah dengan keimanannya, mereka akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, baik dalam pengalihan kiblat atau lainnya. Sebaliknya, bagi yang lain, mereka akan menolak dan enggan mengikuti perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. 

Ihwal pemindahan kiblat memang mengundang persoalan bagi sebagian kelompok. Oleh karena itu, pemindahan kiblat itu sangat berat kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah SWT. Sebagian kelompok menganggap persoalan kiblat adalah termasuk ajaran yang sudah baku, tidak bisa diubah lagi, seperti halnya tauhid. 

Namun, sebagian lagi, yaitu orang-orang yang istiqamah dalam beriman, menganggap bahwa persoalan ini termasuk kebijakan Allah SWT yang bisa saja berubah. Dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. 


Tafsir Tahlili: 

Ummat Islam adalah ummatan wasaṭan umat yang mendapat petunjuk dari Allah SWT, sehingga mereka menjadi umat yang adil serta pilihan dan akan menjadi saksi atas keingkaran orang yang kafir. Ummat Islam harus senantiasa menegakkan keadilan dan kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan yang bathil. 

Mereka dalam segala persoalan hidup berada di tengah orang-orang yang mementingkan kebendaan dalam kehidupannya dan orang-orang yang mementingkan ukhrawi saja. Dengan demikian, umat Islam menjadi saksi yang adil dan terpilih atas orang-orang yang bersandar pada kebendaan, yang melupakan hak-hak ketuhanan dan cenderung kepada memuaskan hawa nafsu. 

Mereka juga menjadi saksi terhadap orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskan diri dari segala kenikmatan jasmani dengan menahan dirinya dari kehidupan yang wajar. Ummat Islam menjadi saksi atas mereka semua, karena sifatnya yang adil dan terpilih dan dalam melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh jalan tengah. 

Demikian pula Rasulullah SAW menjadi saksi bagi ummatnya, bahwa ummatnya itu sebaik-baik ummat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia dengan amar ma'ruf dan nahi mungkar. 

Kemudian dijelaskan bahwa perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan mengikuti Rasul serta siapa pula yang lemah imannya, membelok dari jalan yang lurus. 

Memang pemindahan kiblat itu dirasakan sangat berat oleh orang yang fanatik kepada kiblat yang pertama, karena manusia pada umumnya sulit untuk mengubah dan meninggalkan kebiasaannya. Tetapi orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT dengan mengetahui hukum-hukum agamanya dan rahasia syariatnya. 

Mereka sadar bahwa melaksanakan ibadah dengan menghadap kiblat itu adalah semata-mata karena perintah Allah SWT bukan karena suatu rahasia yang tersembunyi pada tempat itu, dan bahwa penempatan kiblat itu untuk menghimpun manusia pada satu arah serta untuk persatuan umat. 

Untuk menghilangkan keragu-raguan dari sebagian kaum Muslimin tentang pahala shalatnya selama mereka menghadap ke Baitul Maqdis dulu, maka Allah SWT menerangkan bahwa Dia sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan iman dan amal orang-orang yang mematuhi Rasul karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 


Catatan Kaki: 

⁴⁰⁾ Umat pertengahan berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku. 


Sumber: Qur'an Kemenag.

04 Januari 2025

QS. Al-Hadid Ayat 20 Tentang Dunia Fana Hanya Sementara

Al-Qur'an adalah sumber pengetahuan yang tak terbatas bagi ummat manusia. Setiap ayatnya adalah petunjuk dan hikmah yang berharga bagi yang memahaminya. Salah satu ayat yang memberikan panduan yang kuat adalah ayat ke-20 dari Surah Al-Hadid, sebuah ayat yang menarik dan penuh makna yang dapat menjadi sumber inspirasi dan introspeksi bagi umat Muslim. 

QS. Al-Hadid/57 ayat 20: 

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 

Latin: I‘lamū annamal-ḥayātud-dun-yā la‘ibuw wa lahwuw wa zīnatuw wa tafākhurum bainakum wa takāṡurun fil-amwāli wal-aulād(i), kamaṡali gaiṡin a‘jabal-kuffāra nabātuhū ṡumma yahīju fatarāhu muṣfarran ṡumma yakūnu ḥuṭāmā(n), wa fil-ākhirati ‘ażābun syadīd(un), wa magfiratum minallāhi wa riḍwān(un), wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā‘ul-gurūr(i)

Artinya: "Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah SWT dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Al-Hadid/57: 20). 

* * * 

Penggalan QS. Al-Hadid/57 ayat 20: 

Latin: I‘lamū annamal-ḥayātud-dun-yā la‘ibuw wa lahwuw wa zīnatuw wa tafākhurum bainakum wa takāṡurun fil-amwāli wal-aulād(i), ..... 

Artinya: "Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. ....." 

Penjelasan: 

Menurut Tafsir Tahlili Kementerian Agama RI, pada surah Al Hadid ayat 20 tersebut Allah SWT menjelaskan kepada manusia bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu, sebagai bahan tertawaan dan perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka. 

Di samping itu, menurut tafsir, ada ampunan dari Allah dan keridaan-Nya yang dianugerahkan kepada orang-orang yang menyucikan dirinya dari dosa dan maksiat, merendahkan diri kepada Allah dan kembali kepada-Nya, taat dan patuh pada segenap perintah dan larangannya. 

Penggalan Ayat ini menjelaskan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang akan lenyap dan hilang, serta menipu. Orang-orang yang mengejar dunia akan tertipu dan terpedaya olehnya. Ayat ini juga menjadi pengingat untuk menghindari kesombongan dan bersikap rendah hati di hadapan Allah SWT. 

Dalam konteks ayat ini, Allah SWT menegaskan sikap-Nya terhadap kesombongan. Kesombongan adalah sifat yang mencerminkan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui kebenaran dan kebesaran Allah SWT. Orang yang sombong merasa bahwa mereka lebih baik dari orang lain, bahwa mereka tidak membutuhkan petunjuk atau bimbingan, sehingga mereka tidak mau tunduk kepada Allah SWT.  

Penggalan Ayat ini juga menjelaskan bahwa orang-orang yang mencintai dunia, meninggalkan amal-amal saleh, dan terlibat dalam kemusyrikan akan mendapat azab pedih di akhirat. Sebaliknya, orang-orang yang menyucikan diri dari dosa dan maksiat akan mendapat ampunan dari Allah SWT. 

Dan sesungguhnya kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu, maka mari bersyukur dengan segala jenis rezeki yang pernah Allah SWT berikan kepada kita. Terus dekatkan diri kepada Dia Yang Maha Kaya, pencipta alam semesta raya. Hingga kelak rezeki terbesar kita adalah ketika kita mampu berjumpa dengan Dia yang menciptakan kita dan juga berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. 

Abdillah F. Hasan mengatakan dalam 400 Kebiasaan Keliru dalam Hidup Muslim, memang manusia diciptakan untuk hidup di dunia, tapi bukan berarti hidup selamanya karena tujuan utamanya adalah untuk beribadah kepada-Nya. 

Rasulullah SAW bersabda, "Orang cerdas adalah orang yang mengekang hawa nafsunya dan mempersiapkan perbekalan untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya lalu berangan-angan terhadap Allah." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Baihaqi). 

Pelajaran dan Petunjuk: 

  1. Kesederhanaan dan Kerendahan Hati: Ayat ini mengajarkan pentingnya sikap rendah hati dan kesederhanaan. Ketika seseorang merendahkan diri di hadapan Allah SWT, dia akan mendapatkan rahmat dan petunjuk-Nya. 
  2. Menghindari Kesombongan: Kesombongan adalah sifat yang memisahkan manusia dari Allah SWT dan menciptakan kesenjangan di antara sesama manusia. Allah SWT mencintai hamba-Nya yang rendah hati dan tidak sombong. 
  3. Kebencian Allah SWT terhadap Kesombongan: Ayat ini juga menggambarkan sikap Allah terhadap kesombongan. Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan karenanya, mereka tidak akan mendapat perlindungan-Nya. 
  4. Pengingat untuk Merenungkan: Ayat ini juga menjadi pengingat bagi setiap individu untuk merenungkan sikap dan perilaku mereka. Apakah kita termasuk orang-orang yang sombong yang tidak disukai Allah? 

Implikasi dalam Kehidupan Sehari-hari: 

Ayat ini memiliki implikasi yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita bersikap rendah hati dan menghindari kesombongan, kita membuka diri kita untuk menerima petunjuk dan rahmat Allah SWT. Selain itu, sikap rendah hati juga memperkuat hubungan kita dengan sesama manusia, menciptakan kedamaian dan persatuan dalam masyarakat. 

Kesimpulan: 

Ayat 20 dari Surah Al-Hadid adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya menghindari kesombongan dan bersikap rendah hati di hadapan Allah. Dengan merenungkan ayat ini, kita dapat memperbaiki diri kita sendiri dan meningkatkan hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari ayat ini dan menjadi hamba yang rendah hati di hadapan-Nya. 

Daftar Pustaka: 

Abdillah F. Hasan, 400 Kebiasaan Keliru dalam Hidup Muslim. 

Google Search, Dalam surat Al-Hadid, Dan sesungguhnya kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu, maka mari bersyukur dengan segala jenis rezeki yang pernah Allah SWT berikan kepada kita. Terus dekatkan diri kepada Dia Yang Maha Kaya, pencipta alam semesta raya. Hingga kelak rezeki terbesar kita adalah ketika kita mampu berjumpa dengan Dia yang menciptakan kita dan juga berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW

Kementerian Agama RI, Qur'an Kemenag, QS. Al-Hadid/57 Ayat 20

Kementerian Agama RI, Tafsir Tahlili. 

Kristina, detikEdu, Surah Al Hadid Ayat 20: Dunia yang Fana dan Segala Kesenangannya

Sarung BHS, Menggali Makna Mendalam dari QS. Al-Hadid Ayat 20: Petunjuk dan Pelajaran.

29 Desember 2024

QS. Fushilat Ayat 53 Tentang Al-Qur'an Adalah Benar

QS. Fushilat/41 ayat 53: 

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 

Latin: Sanurīhim āyātinā fil-āfāqi wa fī anfusihim ḥattā yatabayyana lahum annahul-ḥaqq(u), awalam yakfi birabbika annahū ‘alā kulli syai'in syahīd(un). 

Artinya: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa (Al-Qur’an) itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS. Fushilat/41: 53)

QS. Fathir Ayat 27 Tentang Pencipta Gunung Pelangi

QS. Fathir/35 ayat 27: 

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 

Artinya: "Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu dengan (air) itu Kami mengeluarkan hasil tanaman yang beraneka macam warnanya. Di antara gunung-gunung itu ada bergaris-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat." (QS. Fathir/35: 27)

24 September 2024

QS. Al-A'raf Ayat 180 Tentang Allah SWT Memiliki Asmaul Husna

QS. Al-A'raf/7 ayat 180: 

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 

Artinya: "Dan Allah SWT memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf/7: 180) 

QS. Al-Mulk Ayat 14 Tentang Asmaul Husna Al-Khabir

QS. Al-Mulk/67 ayat 14: 

Allah SWT berfirman: 

Artinya: "Apakah (pantas) Allah SWT yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus, Maha Mengetahui." (QS. Al-Mulk/67: 14) 

22 September 2024

QS. An-Nahl Ayat 64 Tentang Petunjuk & Penjelas Al-Qur'an

QS. An-Nahl/16 ayat 64: 

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 

Artinya: "Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur'an) ini kepadamu (Muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An-Nahl/16: 64) 

KOSA KATA / MUFRODAT / VOCABULARY 

Artinya: "Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur'an) ini kepadamu (Muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." 

Artinya: "Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur'an) ini kepadamu (Muhammad), ..." 

Artinya: "... Kitab (Al-Qur'an) ..." 

Artinya: "... apa yang mereka perselisihkan ..." 

23 September 2023

QS. An-Nisa' Ayat 59 Tentang Taatilah Allah SWT, Rasul & Ulil Amri

QS. An-Nisa' Ayat 59: 

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 

Latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanū aṭī‘ullāha wa aṭī‘ur-rasūla wa ulil-amri minkum, fa in tanāza‘tum fī syai'in fa rudd­hu ilallāhi war-rasūli in kuntum tu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhir(i), żālika khairuw wa aḥsanu ta'wīlā(n). 

Terjemahan: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad SAW) serta ulul amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah SWT (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu beriman kepada Allah SWT dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat)." (QS. An-Nisa'/4: 59). 

Mufrodat (Kosa Kata): 

Penggalan ayat: 

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad SAW) ..." 

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, ..." 

Artinya: "Wahai orang-orang yang ..." 

Artinya: "... beriman, ..." 

Artinya: "... taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul ..." 

Artinya: "... taatilah Allah SWT ..." 

Artinya: "... dan taatilah ..." 

Artinya: "... Rasul (Nabi Muhammad SAW) ..." 

Artinya: "... serta ulul amri (pemegang kekuasaan) ..." 

Artinya: "... di antara kamu. ..." 

Artinya: "... Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah SWT (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu beriman kepada Allah SWT dan hari Akhir. ..." 

Artinya: "... Jika kamu berbeda pendapat ..." 

Artinya: "... tentang sesuatu, ..." 

Artinya: "... kembalikanlah ..." 

Artinya: "... kepada Allah SWT (Al-Qur’an) ..." 

Artinya: "... dan Rasul (sunnahnya) ..." 

Artinya: "... jika kamu ..." 

Artinya: "... beriman ..." 

Artinya: "... kepada Allah SWT ..." 

Artinya: "... dan hari Akhir. ..." 

Artinya: "... Yang demikian itu ..." 

Artinya: "... lebih baik (bagimu) ..." 

Artinya: "... dan lebih bagus ..." 

Artinya: "... akibatnya (di dunia dan di akhirat)."