09 Juni 2025

QS. Al-Baqarah Ayat 143 Tentang Bersikap Adil & Berperilaku Secara Moderat

Allah Subhanaahu Wa Ta'aala berfirman: 


Latin: Wa każālika ja‘alnākum ummataw wasaṭal litakūnū syuhadā'a ‘alan-nāsi wa yakūnar-rasūlu ‘alaikum syahīdā(n), wa mā ja‘alnal-qiblatal-latī kunta ‘alaihā illā lina‘lama may yattabi‘ur-rasūla mimmay yanqalibu ‘alā ‘aqibaih(i), wa in kānat lakabīratan illā ‘alal-lażīna hadallāh(u), wa mā kānallāhu liyuḍī‘a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara'ūfur raḥīm(un)


Terjemahan: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan⁴⁰⁾ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." 


Mufrodat / Kosa Kata Penggalan Ayat: 

Artinya: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan ..." 

Artinya: "... umat pertengahan ..." 

Artinya: "... saksi atas (perbuatan) manusia ..." 

Artinya: "... saksi atas (perbuatan) kamu. ..." 

Artinya: "... benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ..." 


Tafsir Ringkas Kemenag: 

Jika Allah SWT menjadikan Ka'bah sebagai kiblat yang paling utama karena dibangun oleh bapak para Nabi, yaitu Nabi Ibrahim, maka demikian pula Kami telah menjadikan kamu, ummat Islam, ummat pertengahan, yaitu ummat terbaik yang pernah ada di bumi ini. Ummat yang terbaik sangatlah pantas menjadi saksi. 

Tujuannya adalah agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia, yaitu ketika nanti pada hari Kiamat jika ada dari mereka yang mengingkari bahwa Rasul-Rasul mereka telah menyampaikan pesan-pesan Allah SWT atau adanya penyimpangan pada ajaran mereka. 

Di samping itu, juga agar Rasul, Muhammad, menjadi saksi atas perbuatan kamu yaitu dengan memberikan petunjuk dan arahan-arahannya ketika masih hidup serta jalan kehidupannya juga petunjuknya ketika sudah meninggal. 

Allah SWT kemudian menjelaskan tujuan pengalihan kiblat, yaitu menguji keimanan seseorang. Kami tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. 

Bagi mereka yang tetap istiqamah dengan keimanannya, mereka akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, baik dalam pengalihan kiblat atau lainnya. Sebaliknya, bagi yang lain, mereka akan menolak dan enggan mengikuti perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. 

Ihwal pemindahan kiblat memang mengundang persoalan bagi sebagian kelompok. Oleh karena itu, pemindahan kiblat itu sangat berat kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah SWT. Sebagian kelompok menganggap persoalan kiblat adalah termasuk ajaran yang sudah baku, tidak bisa diubah lagi, seperti halnya tauhid. 

Namun, sebagian lagi, yaitu orang-orang yang istiqamah dalam beriman, menganggap bahwa persoalan ini termasuk kebijakan Allah SWT yang bisa saja berubah. Dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. 


Tafsir Tahlili: 

Ummat Islam adalah ummatan wasaṭan umat yang mendapat petunjuk dari Allah SWT, sehingga mereka menjadi umat yang adil serta pilihan dan akan menjadi saksi atas keingkaran orang yang kafir. Ummat Islam harus senantiasa menegakkan keadilan dan kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan yang bathil. 

Mereka dalam segala persoalan hidup berada di tengah orang-orang yang mementingkan kebendaan dalam kehidupannya dan orang-orang yang mementingkan ukhrawi saja. Dengan demikian, umat Islam menjadi saksi yang adil dan terpilih atas orang-orang yang bersandar pada kebendaan, yang melupakan hak-hak ketuhanan dan cenderung kepada memuaskan hawa nafsu. 

Mereka juga menjadi saksi terhadap orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskan diri dari segala kenikmatan jasmani dengan menahan dirinya dari kehidupan yang wajar. Ummat Islam menjadi saksi atas mereka semua, karena sifatnya yang adil dan terpilih dan dalam melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh jalan tengah. 

Demikian pula Rasulullah SAW menjadi saksi bagi ummatnya, bahwa ummatnya itu sebaik-baik ummat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia dengan amar ma'ruf dan nahi mungkar. 

Kemudian dijelaskan bahwa perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan mengikuti Rasul serta siapa pula yang lemah imannya, membelok dari jalan yang lurus. 

Memang pemindahan kiblat itu dirasakan sangat berat oleh orang yang fanatik kepada kiblat yang pertama, karena manusia pada umumnya sulit untuk mengubah dan meninggalkan kebiasaannya. Tetapi orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT dengan mengetahui hukum-hukum agamanya dan rahasia syariatnya. 

Mereka sadar bahwa melaksanakan ibadah dengan menghadap kiblat itu adalah semata-mata karena perintah Allah SWT bukan karena suatu rahasia yang tersembunyi pada tempat itu, dan bahwa penempatan kiblat itu untuk menghimpun manusia pada satu arah serta untuk persatuan umat. 

Untuk menghilangkan keragu-raguan dari sebagian kaum Muslimin tentang pahala shalatnya selama mereka menghadap ke Baitul Maqdis dulu, maka Allah SWT menerangkan bahwa Dia sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan iman dan amal orang-orang yang mematuhi Rasul karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 


Catatan Kaki: 

⁴⁰⁾ Umat pertengahan berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku. 


Sumber: Qur'an Kemenag.

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.